Metode dan Metodologi Penelitian
A.
Pengertian Metode dan Metodologi Penelitian
Metode berasal dari kata "methodos".
Secara etimologis "methodos" berasal dari akar kata: metha dan
hodos. Metha artinya: "dilalui" dan
"hodos" berarti "jalan".metode adalah jalan atau cara
yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, "metode
penelitian" adalah suatu jalan atau cara yang mesti dilalui untuk
melakukan kegiatan penelitian. Sedangkan, metodologi penelitian adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang cara-cara yang mesti dilalui dalam melakukan
kegiatan penelitian.
Menurut Pasaribu dan simanjutak
(1982), mengatakan bahwa metode adalah cara sistematik yang digunakan untuk
mencapai tujuan
Menurut Noeng Muhadjir Metodologi Penelitian adalah
sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu
disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis teoritis mengenai suatu cara
atau metode. Penelitian merupak an suatu penyelidikan yang sistematis untuk
meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis
dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
B. Fungsi Metodologi Penelitian
Pada umumnya metodologi penelitian
memiliki 3 (tiga) fungsi. Ketiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut
1) Kegiatan Penyusunan
Karya Ilmiah bagi Mahasiswa pada Akhir Program (Skripsi S-l, Tesis S-2, dan
Disertasi S-3)
Seorang mahasiswa calon sarjana (S-l)
adalah wajib menyelesaikan sebuah karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi
atau tugas akhir sebagai salah satu persyaratan dalam meraih gelar sarjana.
Contoh gelar sarjana antara lain: Insinyur (Ir) atau Sarjana Teknik (S.T.),
Doktorandus (Drs.) atau Sarjana Pendidikan (S.Pd). Demikian pula bagi seorang
mahasiswa strata dua (S-2) calon Magister adalah wajib menyelesaikan sebuah
karya tulis ilmiah dalam bentuk tesis sebagai salah satu persyaratan
dalam meraih gelar magister. Beberapa jenis gelar magister tersebut antara
lain: Master of Art (M.A.), Magister Pendidikan (M.Pd), dan lain-lain.
Selanjutnya, seorang mahasiswa strata tiga (S-3) calon Doktor diwajibkan
menyelesaikan sebuah karya ilmiah dalam bentuk Disertasi sebagai salah
satu persyaratan dalam meraih gelar Doktor seperti: Philosophy of Doctor (Ph.D)
untuk gelar doktor luar negeri, Doktor (Dr.) untuk gelar doktor dalam negeri.
Perlu diketahui bahwa ada perbedaan antara sebutan Doktor (biasa ditulis Dr.)
dan dokter (biasa ditulis dr.). Doktor (Dr.) merupakan gelar akademik jenjang
pendidikan tertinggi pada suatu perguruan tinggi. Sedangkan dokter (dr.)
merupakan pendidikan profesi atau bidang keahlian dalam ilmu kedokteran. Jadi,
sebutan dokter merupakan profesi, bukan gelar. Jabatan profesi tersebut banyak
jenisnyaselain dokter seperti: Akuntan (Ak.), Apoteker (Apt.) dan lain-lain.
Demikian pula sebutan Profesor (Prof.) atau Guru Besar, bukanlah merupakan
gelar, namun hanya jabatan fungsional seorang tenaga edukatif setelah memenuhi
persyaratan angka kredit minimal 850 sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku pada suatu negara (Pedoman Penilaian Angka Kredit, 2009).
Untuk
menyusun skripsi, tesis, dan disertasi diperlukan bahan berupa data atau
informasi yang lengkap, baik data kuantitatif mau pun data kualitatif, data
primer mau pun data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung
dari sumber pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh secara
tak langsung dari sumber pertama, melainkan dari sumber kedua atau ketiga
2) Kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi
Kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi
terdiri atas: a) Pendidikan dan Pengajaran, b) Penelitian, dan c) Pengabdian
kepada Masyarakat. Sesuai dharma kedua (penelitian), kegiatan penelitian dalam
perguruan tinggi merupakan keharusan akademis, karena fungsi perguruan tinggi
sebagai lembaga ilmiah adalah menemukan, memelihara, dan mengembangkan serta
memverifikasi (menguji) ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni (ipteks).
3)
Kegiatan di Berbagai Lembaga Departemen atau Instansi
Para
sarjana yang telah terjun di masyarakat, sangat memungkinkan menjadi peneliti
di suatu lembaga departemen atau di lembaga tertentu seperti:
Direktorat
Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (Ditbinlitabmas) dan Badan
Penelitian dan Pengembangan Pendidikan (Balitbang Pendidikan) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud); Balai Penelitian Bahasa, Balai
Penelitian Pertanian (Kementerian Pertanian), dan Iain-lain.
Untuk
dapat menjadi peneliti yang kompeten dan andal maka mutlak diperlukan
pengetahuan, pemahaman dan penguasaan tentang metodologi penelitian secara
memadai. Dengan kata lain, pemahaman yang memadai tentang metodologi penelitian
sangat membantu seseorang untuk menjadi "ilmuwan".
C.
Ciri-ciri Penelitian
Secara
umum, suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan penelitian apabila
kegiatan tersebut memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri tersebut terdiri atas
empat ciri yang meliputi hal-hal sebagai berikut.
1)
Dilakukan Secara Mendalam
Suatu
penelitian disebut mendalam jika peneliti menjelajahi segala aspek mengenai
permasalahan yang ingin diteliti. Tingkat kedalaman ini ditunjukkan oleh luas
dan mendalamnya penelusuran dan pengkajian terhadap permasalahan yang diteliti.
Kedalaman suatu penelitian dapat dilihat dari kadar intensitas penelaahan
terhadap objek atau variabel yang diteliti.
Sedangkan
keluasan suatu penelitian dapat dilihat dari ukuran kuantitas (banyak
sedikitnya) aspek-aspek atau ciri-ciri atau indikator-indikator maupun ruang
lingkup dari penelitian tersebut. Semakin banyak aspek yang diteliti,
menunjukkan penelitian tersebut semakin luas, sebaliknya semakin sedikit aspek
yang diteliti maka penelitian tersebut semakin sempit.
2)
Menggunakan Rencana yang Sistematis
Rencana
yang sistematis dimaksudkan sebagai suatu rencana yang disusun menurut teknis
atau aturan tertentu. Rencana penelitian ini merupakan hal yang sangat
menentukan arah kegiatan serta hasil penelitian. Suatu pelaksanaan penelitian
yang diawali dengan perencanaan yang sistematis dan jelas, merupakan salah
satu ciri bahwa peneliti tersebut telah menguasai suatu penelitian. Perencanaan
kegiatan penelitian yang baik (jelas dan sistematis) akan mudah dilakukan oleh
siapapun.
3) Bertujuan untuk Mencari Kebenaran
Kata kebenaran dapat digolongkan
atas dua bagian yaitu: kebenaran dalam pergaulan manusia sehari-hari, dan kebenaran
dalam dunia ilmu pengetahuan. Kebenaran dalam pergaulan manusia terdiri atas:
a) kebenaran subjektif adalah kebenaran yang hanya diterima atau diakui oleh
beberapa orang/kelompok orang tertentu saja. b) Kebenaran objektif ialah
kebenaran yang bisa diterima oleh orang banyak atau oleh sebagian besar orang.
Kebenaran dalam ilmu pengetahuan
terdiri atas: a) kebenaran filsafat ialah kebenaran yang diperoleh melalui
pemikiran-pemikiran yang mendalam atau renungan mendalam. b) Kebenaran ilmiah
adalah kebenaran yang diperoleh dengan menggunakan metode atau cara-cara
tertentu yang bisa diterima oleh dunia ilmu pengetahuan. Metode yang disepakati
oleh para ilmuwan untuk mencari kebenaran adalah metode ilmiah. Kebenaran yang
dicari dalam penelitian adalah "kebenaran ilmiah".
4)
Menggunakan Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah metode yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Ciri metode ilmiah antara lain
memiliki ketepatan (validitas), ketetapan/keandalan (reliabilitas), dan objektivitas/faktual. Ketepatan berarti
metode itu benar-benar cocok digunakan untuk mencapai apa yang hendak dicapai.
Ketetapan berarti berlaku secara ajeg (konsisten) dalam waktu yang cukup lama,
Objektivitas berarti sesuatu dengan fakta atau keadaan sesungguhnya.
D.
Tahap-Tahap Penelitian
Ditinjau
dari tahap analisisnya, maka ada dua tahap penelitian yaitu tahap deskriptif
dan-tahap inferensial/induktif.
1)
Tahap Deskriptif
Pada
tahap deskriptif ini, analisis data penelitian dilakukan dengan cara
mendeskripsikan atau memaparkan keadaan objek seperti apa adanya. Kegiatan
deskripsi ini dapat berupa: mengadakan kategorisasi, memberi informasi dan
argumentasi sesuai dengan keadaan objek yang diteliti. Jadi, analisis pada
tahap deskriptif ini tidak dilakukan prediksi atau estimasi terhadap objek yang
lebih luas.
2)
Tahap Inferensial
Pada
tahap ini peneliti di samping mendeskripsikan keadaan objek/ variabel
penelitian, juga dilanjutkan dengan mengadakan pemindahan kesimpulan atau
generalisasi atau meramalkan/prediksi terhadap objek yang lebih luas,
berdasarkan hasil analisis data pada objek yang telah secara langsung diteliti.
E.
Peranan Metode dalam Penelitian
1)
Untuk memperoleh suatu pengetahuan baru
Kualitas
temuan suatu pengetahuan atau teori baru sangat ditentukan oleh metode atau
cara yang digunakan dalam proses penemuan teori baru tersebut. Sebab hanya
dengan metode yang memiliki nilai ilmiah tinggi (dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah), akan dapat menghasilkan temuan teori atau pengetahuan baru yang
memiliki nilai ilmiah tinggi.
2) Untuk memperoleh pengetahuan yang benar atau
kebenaran
Hanya melalui metode yang memiliki
nilai ilmiah tinggi (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah), akan dapat
dihasilkan suatu kebenaran yang memiliki nilai ilmiah tinggi pula.
F.
Syarat-syarat Metode Penelitian
1)
Mampu menghasilkan
data yang objektif
Data yang apa adanya, dan tidak dicampuri
oleh unsur – unsur pribadi peneliti.
2)
Mampu menghasilkan
data yang valid
Data yang memiliki kesesuaian dan
keserasian yang tinggi dengan kenyataan yang ada.
3) Mampu menghasilkan data yang reliabel
Data
yang memiliki ketepatan yang tidak berubah setiap waktu
G. Syarat-Syarat Peneliti
1)
Harus Memiliki Kompetensi
Kompeten mengandung arti menguasai
dan mampu. Seseorang dikatakan kompeten sebagai peneliti apabila ia
memiliki penguasaan yang memadai tentang metode-metode, instrumen/alat perlengkapan
untuk suatu kegiatan penelitian, dan mampu melakukan kegiatan penelitian
tersebut. Jadi, secara teknik, peneliti tersebut menguasai dan mampu
melaksanakan kegiatan penelitian secara ilmiah.
2)
Harus Bersifat Objektif
Seorang peneliti dikatakan memiliki
sikap dan perilaku objektif apabila ia tidak mencampuradukkan antara pendapat
atau interpretasi diri peneliti dan kenyataan objektif yang ada di lapangan
sesuai dengan variabel yang ada di lapangan atau sesuai dengan keadaan
objekyang ditelitinya.
3)
Harus Bersifat Terbuka
Seorang peneliti dikatakan bersikap terbuka
apabila ia bersedia memberikan segala informasi kepada pihak lain sehubungan
dengan temuan hasil penelitiannya. Seorang peneliti harus selalu memberikan
kesempatan kepada orang lain untuk menilai, mempertanyakan dan atau menguji
kebenaran tentang temuan hasil-hasil penelitian yang telah dilakukannya.
4)
Harus Bersifat Jujur
Seorang peneliti hendaknya memililki
sikap jujur dalam melaksanakan proses penelitian. Seorang peneliti dikatakan
memiliki sikap dan perilaku jujur apabila ia mampu mengendalikan diri untuk
tidak menyelundupkan keinginan-keinginan diri sendiri ke dalam fakta-fakta
hasil penelitiannya. Misalnya, fakta temuan hasil penelitian menyimpulkan bahwa
telah terjadi suatu kolusi pada beberapa oknum pejabat di suatu instansi.
Namun, karena adanya alasan-alasan dan pertimbangan-pertimbangan tertentu dari
peneliti, maka dalam laporan akhir, peneliti mengubah kesimpulan dan menyatakan
bahwa di instansi tersebut sama sekali tidak ditemukan adanya praktik-praktik
kolusi.
5)
Harus Bersifat Faktual
Seorang peneliti dalam melakukan
proses penelitian khususnya dalam menganalisis data hendaknya selalu
berdasarkan fakta yang ada dan ditemukan dalam penelitian, bukan berdasarkan
data karangan atau data fiktif. Dengan kata lain, seorang peneliti harus berani
menyampaikan kebenaran walaupun itu pahit.
H. Perkembangan Metodologi
Penelitian
Lahir dan keberadaan metodologi
penelitian yang ada seperti sekarang ini, sesungguhnya telah melalui proses
panjang. Proses yang panjang itu telah terjadi dengan melalui 4 (empat) tahapan.
Keempat tahapan yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1) Tahap Trial and Error
Pada tahap ini manusia mencari
pengetahuan untuk pemecahan masalah adalah dengan melalui usaha mencoba-coba
berulang kali. Sekali mereka gagal, maka dicobanya untuk kedua kalinya, ketiga
kalinya dan seterusnya sampai mereka menemukan pengetahuan atau kebenaran yang
mereka inginkan. Cara kerja seperti ini belum memiliki pedoman yang jelas,
bahkan masih dicari-cari dengan cara mencoba-coba berulang kali.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dicatat dengan saksama dan usaha mencoba
diulang lagi sampai ditemukan tujuan yang diinginkan.
2) Tahap Authority and Tradition
Dalam periode ini, pendapat-pendapat
dari pemimpin-pemimpin di masa lampau selalu dikutip kembali dan dijadikan
pedoman tanpa suatu kritik. Tidak jarang pendapat-pendapat tersebut tidak benar
atau picik. Namun, karena dikemukakan oleh orang yang sedang berkuasa (memiliki
otoritas) dan diucapkan dengan penuh keyakinan serta semangat, maka orang awam
harus menganggap pendapat itu benar. Oleh karena itu, jika ada ketidakcocokan
antara kenyataan dengan pendapat penguasa/pemimpin, orang harus berpikir ulang,
3)
Tahap Speculation and Argumentation
Pada periode ini, doktrin-doktrin
yang disodorkan dengan penuh semangat dan penuh keyakinan oleh tokoh-tokoh penguasa
mulai diragukan oleh orang-orang. Pada tahap ini, orang-orang menyelidiki suatu
masalah atau mencari pengetahuan dengan jalan menggunakan ketajaman
akal/rasional. Mereka ridak masih meniru secara dogmatis tentang cara-cara
mencari pengetahuan atau memecahkan masalah yang bersifat tradisional,
melainkan mereka mencari pemecahan masalah atas dasar ketajaman berpikir
rasional manusia.
Dengan demikian, pada tahap ini
manusia dalam memecahkan masalah-masalah melalui diskusi-diskusi, dan pada proses
diskusi ini tiap orang mengemukakan argumentasi yang bersifat rasional. Pada
masa ini, orang-orang mulaimenilai
kemampuan berpikir rasio manusia sebagai alat yang paling ampuh dan bahkan pada
saat ini manusia mengagung-agungkan rasionya.
4)
Tahap Hypothesis and Experimentation
Dengan dasar pikiran bahwa semua
peristiwa dalam alam semesti dikuasai oleh tata-tata atau aturan-aturan dan
mengikuti pola-pola tertentu, maka dalam periode ini orang mulai berusaha
sekuat tenaga untuk mencari rangkaian tata-tata tersebut untuk menjelaskan
suatu peristiwa. Mula-mula orang mengajukan ketajaman pikirannya untuk membuat
dugaan-dugaan (hipotesis).
Berdasarkan fakta-fakta itu ditarik simpulan umum yang sesuai dengan fakta
tersebut Sudah tentu simpulan-simpulan yang dihasilkan tidak selalu cocok
dengan dugaan-dugaan semula. Pada saat ini, analisis dilakukan dengan sangat
hati-hati, cermat dan tajam terhadap fakta yang diperoleh dari hasil-hasil eksperimennya, dokumen-dokumen,
maupun observasi-observasi biasa.
Metode dan Metodologi Penelitian
Reviewed by Amer Syarifuddin
on
Jumat, Februari 27, 2015
Rating:
Post a Comment